Press "Enter" to skip to content

Indonesian Dance Festival Adakan Program Seni Pertunjukan Di Padang Panjang

Tanangan” karya koreografer Kurniadi Ilham akan ditampilkan sebagai bagian dari program Lawatari : Padang Panjang yang akan diadakan pada 6-7 Desember 2023 di ISI Padang Panjang. Dok.Kurniadi Ilham

Jakarta, wartapublika.com- Melanjutkan pertunjukan Lawatari di Makassar dalam kolaborasi dengan Makassar Biennale pada 15-16 September lalu, Indonesian Dance Festival (IDF) bertolak ke Padang Panjang untuk menampilkan pertunjukan karya dan menginisiasi lokakarya, diskusi, juga presentasi arsip. Lawatari: Padang Panjang berlangsung pada 6-7 Desember 2023 dalam kolaborasi dengan Ruang Tumbuh Institute dan Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang.

Nama Lawatari dibentuk dari gabungan dua kata–lawat dan tari–yang menyiratkan semangat melawat kekantong-kantong seni pertunjukan di Indonesia dan menjalin keterhubungan melalui penampilan karya juga program-program yang mendukung perkembangan ekosistem seni pertunjukan di Indonesia, baik didepan maupun balik layar.

Lawatari, yang merupakan bagian dari seri program Road to IDF 2024, dirancang untuk hadir di tiga kota: Makassar, Padang Panjang, dan Yogyakarta (Januari2024).

Lawatari: Padang Panjang menggunakan beberapa area dikampus ISI Padang Panjang menghadirkan rangkaian program diantaranya pertunjukan karya “SILO” oleh Hari Ghulur dan “Tanangan” oleh Kurniadi Ilham di Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam di ISI Padang Panjang.

Setiap pertunjukan dilanjutkan dengan Bincang Karya bersama masing-masing seniman, juga akademisi Dr. Susas Rita Loravianti dan Ahmad Oscar Ridho, seniman Ali Sukri, dan kurator IDF Linda Mayasari sebagai penanggap dan moderator. Kedua koreografer akan mengampu Masterclass untuk memperkaya kemampuan praktisi seni pertunjukan.

Program selanjutnya yakni Lokakarya Seni Tata Kelola dengan tema Merakit Ruang untuk Tumbuh Bersama yang difasilitasi oleh LindaMayasari (kurator IDF) dan Maria Renata Rosari (manajer festival IDF) mengajak produser dan pekerja manajemen seni pertunjukan untuk bertukar pikiran dan merumuskan cara kerja tata kelola seni yang efektif dalam konteks lokal.

Kemudian program Bincang Tari edisi Lawatari: Padang Panjang berfokus pada tata kelola produksi dalam diskusi yangmenghadirkan Ery Mefri (Nan Jombang Dance Company), Hartati (koreografer senior dan ko-kurator IDF 2020), juga Ratri  Anindyajati (Direktur IDF) dan Linda Mayasari (kurator IDF).

Sebelum memasuki gedung pertunjukan, audiens diajak menyimak Gelar Arsip Vasana Tari IDFyang berjudul “Melipat Jarak, Merajut Keterhubungan” dan menyajikan jejak jalinan hubungan panjang antara IDF dengan komunitas tari di Sumatra Barat.

” SILO” oleh Hari Ghulur akan ditampilkan di ISI Padang Panjang. Karya ini pertama dihadirkan pada malam pembukaan IDF2022. Dok IDF.

Karya  “SILO”  pertama kali ditampilkan pada malam pembukaan IDF 2022 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Hari Ghulur berangkat dari tradisi tahlil dalam Islam, menciptakan gerakan repetitif sebagai metode dialog dengan Yang Maha.

Dalam karya ini, gerak tubuh dibatasi di bagian torso, dan dimaksudkan untuk mencapai puncak emosi dan spiritual. Karya ini lahir dari pengalaman Ghulur sebagai santri di tanah Madura, kampung halamannya.

Dalam sesi masterclass, sang koreografer akan menggali keterbatasan fisik (limitation) untuk mengeksplorasi tubuh dalam konteks penciptaan tari. Dari keterbatasan ini, ia menantang peserta untuk menemukan bentuk kebebasan yang unik dalam diri masing-masing.

Sedangkan Karya “Tanangan” berangkat dari pengamatan Kurniadi Ilham tentang rutinitas warga disetapak pematang sawah. Dalam proses eksplorasi karya, ia menggunakan beberapa jenis ilmu silat untuk mengeksplorasi konsep pengendalian diri.

Karya tiga babak ini mengajak penonton turut mengalami intensitas gerak diatas bambu dalam relasinya dengan keseimbangan yang menyeluruh.

Koreografer yang akrab disapa UdaI Iham ini akan mengampu masterclass tentang melatih fokus dan kontrol dalam tari. Sebelum menyaksikan pertunjukan, audiens akan disuguhi gelar arsip Vasana Tari IDF yang bertajuk “Melipat Jarak, Merajut Keterhubungan.

Presentasi yang diadakan diselasar Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam ini memperlihatkan berbagai karya tari bernapas ragam budaya Sumatra Barat yang turut membentuk dinamika IDF sejak edisi perdananya pada 1992.

Karya-karya tari yang pernah ditampilkan tersebut memiliki kemampuan untuk memperlihatkan pergeseran tradisi hingga respons terhadap situasi sosial-politik dari masa ke masa.

Ratri Anindyajati, Direktur IDF, menyampaikan, seni pertunjukan sangat bergantung pada konteks lokaltempat sebuah karya dibentuk, juga cara tata kelola seni yang dijalankan dan merasa sangat gembira di tahun 2023 dan 2024 mendatang.

” Kami memiliki kesempatan untuk berkolaborasi dengan komunitas-komunitastari di Makassar, Padang Panjang, dan Yogyakarta. Saya tidak sabar untuk bertukar cerita, gagasan, dan wawasan tentang seni pertunjukan dengan kawan-kawan IDF di Padang Panjang.” ujar Ratri Anindyajati

Praktisi tari yang terlibat dalam Lawatari: PadangPanjang.(dari kiri atas, searah jarum jam) Ratri Anindyajati, Ery Mefri, Hartati, Linda Mayasari, KurniadiI lham, Roza Muliati, Maria Renata Rosari, Hari Ghulur, Ali Sukri.

Dalam upaya bertukar wawasan seputar tata kelola seni pertunjukan dengan pegiat balik layar, kurator Linda Mayasari dan Manajer Festival IDF Maria Renata Rosari memfasilitasi lokakarya dua sesi.

Dalam “Seni Tata Kelola : Merakit Ruang untuk Tumbuh Bersama”, kedua fasilitator mengajak peserta dalam kelas kecil untuk saling memantulkan praktik keproduksian dalam konteks seni pertunjukan di Jakarta, Yogyakarta, dan Padang Panjang.

Linda Mayasari, kurator IDF, mengatakan, lokakarya ini digagas sebagai upaya untuk saling memahami praktik lapangan yang berbeda antara pengalaman kami di Jakarta dan Yogyakarta, dengan Padang Panjang,” Hal ini sejalan dengan semangat Lawatari untuk melihat bentuk kerja tata kelola dalam beragam konteks lokasi.” Linda Maya Sari.

Sementara bincang karya “Merajut Ragam Tata Kelola Produksi” mengundang narasumber dari berbagai latar belakang untuk mendiskusikan cara-cara efektif dalam mengelola produksi seni pertunjukan. Diskusi ini menghadirkan tiga tokoh tari asal Padang Panjang ykani Ery Mefri, (koreografer dan penggagas Nan Jombang Dance Company), Hartati (koreografer yang menggagas Yayasan Seni Tari Indonesia dan festival MenTARI di Sumatra Barat), serta Roza Muliati (akademisi, ISI Padang Panjang). Dalam diskusi ini, mereka akan bertukar pikir dengan dua anggota tim IDF yaitu Direktur Ratri Anindyajati dan kurator Linda Mayasari.

Seluruh program Lawatari : Padang Panjang terbuka gratis untuk praktisi, mahasiswa, maupun pencinta tari dengan reservasi tiket melalui bit.ly/loket IDF. Peserta lokakarya seni tata kelola dipilih melalui proses seleksi. Calon peserta yang tertarik untuk berpartisipasi mengisi form daring via bit.ly/lawatarilokakarya01.

Lawatari : Padang Panjang adalah program kolaborasi IDF dengan Ruang Tumbuh Institute sebagai mitra artistik dan produksi dan didukung oleh ISI Padang Panjang. Program ini didukung penuh oleh Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset,dan Teknologi Republik Indonesia, Dana Indonesiana, serta LPDP. Mitra media dan komunitas Lawatari: Padang Panjang adalah Diskominfo Padang Panjang, Gubuak Kopi, serta Nan Jombang Dance Company.

Sumber : Indonesia Dance Festival
Editor    :  Dasriel.