Oleh Dr (c) Erwin Kustiman
Assalamu’alaikum Wr… Wb…
Bapak Dr Aqua Dwipayana yang baik, semoga Bapak sekeluarga senantiasa berada dalam keberkahan dan perlindungan dari ALLAH SWT. Aamiin ya robbal aalamiin…
Menyimak dan membaca pesan WA yang Bapak tulis (memang menjadi salah satu kebiasaan positif Bapak untuk senantiasa menuliskan apapun aktivitas yang dijalani nyaris setiap hari), saya merasa, kenyataan pada akhirnya Bapak berdasarkan hasil tes PCR positif C-19 adalah semata skenario terbaik dan kasih sayang ALLAH SWT kepada Bapak. Salah seorang umat-Nya yang selama ini tak pernah henti dan lelah dan nyaris tak melewatkan setiap pekannya untuk berkeliling negeri menjalankan silaturahim dan merajut kebajikan.
Dalam setiap bulannya, hanya di akhir pekan saja Bapak bisa sejenak berehat dan bercengkerama di rumah sendiri bersama keluarga. Karena kemudian, menjelang pergantian pekan Bapak akan kembali berkeliling menemui siapa saja sejawat, teman dekat, bahkan kerap juga orang-orang yang baru ditemui tapi kemudian menjadi saling kenal dan bersahabat. Itu semua menjadi berkah dari gerakan silaturahim yang Bapak jalankan dengan konsisten selama puluhan tahun.
Bagi saya, hasiil tes PCR terakhir yang menyatakan Bapak masih positif kendati CT Value sudah beranjak normal adalah juga pertanda ALLAH SWT sangat sayang kepada Bapak sehingga hasil PCR tersebut mendorong Bapak untuk menjalani penambahan hari buat pemulihan sepenuhnya kesehatan Bapak.
Meski dari hasil CT Value sudah masuk kategori aman tapi nampaknya ALLAH SWT “menyuruh” Bapak untuk fokus dulu pada kesehatan dan kebugaran fisik Bapak sendiri. Sebab, seandainya hasilnya segera postif, pastilah perhatian dan aktivitas Bapak akan kembali padat segera berkeliling penjuru menebar silaturahim ke seantero negeri.
Maka, bagi saya, inilah saatnya Bapak fokus pada pribadi setelah bertahun-tahun mengabdi pada siapa saja di mana saja. Insya ALLAH ini skenario terbaik dan indah dari Sang Maha Perkasa.
Kalaupun kemudian kita mencoba menarik hikmah dari apa yang terjadi saat ini, ALLAH SWT memang telah menunjukkan skenario terindanya bagi Bapak. Coba saja, kalau saya simak, sejak awal pandemi Covid-19 melanda pertiwi lebih dari dua tahun lalu dan terjadi gelombang penambahan kasus yang tinggi terutama pada gelombang kedua dengan munculnya virus varian delta, justru aktivitas Bapak sedang padat-padatnya saat itu.
Namun justru, ALLAH SWT menakdirkan Bapak baik-baik saja. Padahal, secara matematis, aktivitas Bapak bahkan sangat-sangat padat kala itu. Bapak bahkan nyaris tak memiliki waktu untuk tinggal di rumah di Kawasan Bogor karena terus saja melawat ke berbagai daerah di tanah air.
Di masa sebelum pandemi, Bapak senantiasa berkelana ke berbagai negara karena memenuhi undangan untuk berbicara. Semua dijalani dengan penuh khidmat dan keikhlasan. Namun malah di masa pandemi, kegiatan silaturahim, Sharing Komunikasi dan Motivasi, serta segenap kegiatan sosial lainnya malah kian menanjak frekuensinya.
Dan, Alhamdulillah, selama itu pula Bapak senantiasa ada dalam lindungan dan berkah dari ALLAH SWT karena diberikan kesehatan dan stamina yang mumpuni walaupun berkeliling kesana kemari.
Saya sendiri niscaya tak akan sanggup menjalani segenap aktivitas dengan frekuensi demikian tinggi. Barangkali saya akan “klenger” sendiri karena kecapekan.
Sebaliknya, Bapak justru tenang-tenang saja, full senyum, dan senantiasa diberikan kebugaran fisik yang mumpuni. Itulah sejatinya berkah bagi orang yang memang sudah meniatkan diri untuk berbakti, ikhlas dan tulus disertai konsistensi menjalankan silaturahim yang memiliki nilai tinggi dalam pandangan Islam.
Ikhlas dan Totalitas Beraktivitas
SIKAP ikhlas dalam bekerja atau beraktivitas secara totalitas dengan menggunakan hati dan jangan berpikir apa yang kita dapatkan. Itulah inti apa yang selalu disampaikan Bapak dan selalu saya tulis tebal sebagai upaya untuk terus mengingatkan diri saya sendiri.
“Mulailah dengan sederhana, berdoa, dan mulai bekerja dengan tidak hitung-hitungan. Lakukan dengan penuh keyakinan dan insya ALLAH nanti kebaikan akan kita dapatkan. Yang terpenting semua diawali dengan iktikad dan prasangka yang baik dan positif,” demikian selalu diutarakan Bapak.
Bagi saya itulah kekuatan utama dan menjadi kunci betapa ALLAH SWT selalu melindungi Bapak.
Gerakan silaturahim yang selalu Bapak jalankan terbukti memiliki dampak yang “powerfull” dan mengandung kekuatan yang dahsyat karena semua berbiak dan menjadi kekuatan dari praktik nyata aktivitas yang selalu dilakukan Bapak.
Bagaimana tidak. Bagi kebanyakan kita, menjalankan aktivitas begitu banyaknya dengan frekuensi perjalanan ke luar kota bahkan luar pulau, terlebih di masa pandemi, pastilah akan menguras stamina yang mungkin bisa saja berdampak pada kesehatan.
Secara emosional, banyaknya aktivitas bisa juga rentan menimbulkan stres dan rasa marah. Tak mungkin kita bisa melaksanakan rangkaian kegiatan yang barangkali dalam hitungan matematis tidaklah memberikan “keuntungan” bagi diri kita pribadi.
Namun, Pak Aqua adalah Pak Aqua dengan segenap kebaikan yang bisa dibilang sulit dicari padanannya pada pribadi kebanyakan orang. Beliau tetap sosok yang senantiasa menebar senyum dan sapa ramah kepada siapapun, dalam situasi apapun.
Beliau adalah figur yang selalu ingin membuat orang lain senang dan bahagia. Itulah sejatinya kekuatan Bapak yang menjadi musabab selalu terjaganya kebugaran dan kesehatan.
Saya pun sangat tahu tak ada hitungan matematis dan ekonomi yang Bapak peroleh dari konsistensi menjalani silaturahim ini. Bagi Bapak, menebar inspirasi dengan selalu menggaungkan silaturahim dan beribu kebaikan sudah menjadi panggilan hidup.
Bapak adalah motivator yang sudah selesai dengan diri Bapak sendiri. Maka, apa yang selalu Bapak sampaikan sejatinya adalah apa yang senantiasa Bapak kerjakan dalam keseharian. Satunya kata dan perbuatan.
Itulah yang membuat materi Sharing Komunikasi dan Motivasi yang Bapak sampaikan meski dengan bahasa yang sederhana mampu mengalir lancar dan memberi makna autentik dan mendalam bagi audiens. Sebab, pesan-pesan yang terkandung memang “sekadar” refleksi dari apa yang selalu Bapak jalankan dalam kehidupan.
Kegiatan silaturahim yang dilakukan Bapak adalah murni tanpa pretensi apapun dan memang sudah diniatkan sebagai aktivitas tanpa henti pada sisa usia hidup Bapak. Bahwa kemudian banyak hal positif dan mendatangkan rezeki (yang kemudian juga diarahkan kembali pada berbagai kegiatan positif dan sosial keagamaan), Bapak selalu menegaskan bahwa kesemuanya hikmah dan dampak dari silaturahim itu sendiri.
Dari silaturahim maka kemudian berlanjut pada silaturahim berikutnya dan kemudian memunculkan hikmah-hikmah lainnya. Semua mengalir dan memang tanpa pretensi.
“Jadi, apapun skenario yang muncul, semua saya serahkan kepada ALLAH SWT. Tak pernah terlintas target-target tertentu semua dijalani dengan penuh keikhlasan dsn suka cita serta mengalir saja,” demikian selalu disampaikan oleh Bapak.
Menguntaikan Doa Tulus
NAMUN, memang manusia harus menerima apapun takdir-Nya. Bapak pada akhirnya juga harus menerima musibah mengalami positif C-19. Akan tetapi, ALLAH SWT juga tetap melindungi Bapak karena Bapak mengalami positif dengan gejala nyaris tidak ada. Bapak tetap dalam kondisi fit dan bugar meski barangkali ada sedikit flu dan batuk.
Sejatinya, sebagaimana saya utarakan di atas, inilah “perintah” ALLAH SWT agar Bapak menepi sebentar berehat dan mengembalikan kebugaran fisik sepenuhnya. Toh meski, sebagaimana Bapak sampaikan juga, selama masa isolasi mandiri, kegiatan Bapak memantau, memberi, peduli, dan aktivitas berbagai lainnya tetap saja tak terhenti. Meski dari jauh dari sudut kamar sendiri, Bapak senantiasa “bersilaturahim” virtual dan memberikan kebajikan bagi siapa saja.
Sungguh sebuah aktivitas kehidupan yang sarat makna dan membuat saya iri (secara positif) semoga juga bisa menjejaki kebaikan-kebaikan Bapak kepada sesama. Aamiin Yra.
Maka, saya sendiri bersama keluarga yang langsung mendapatkan beribu kebaikan dari Bapak, hanya bisa menguntaikan ucapan doa tulus semoga Bapak senantiasa diberikan kesehatan dan kemaslahatan dari Sang Mahakuasa. Salam hangat dan takzim saya beserta keluarga di sini.
Salam hormat dari saya, Umi (ibunda saya yang Alhamdulillah juga pernah bertemu dan mendapat kebaikan dari Bapak) dan istri saya. Hanya senandung doa terindah yang dapat kami sampaikan semoga Pak Aqua sekeluarga senantiasa dalam lindungan dan berkah Allah SWT. Aaamiin Yra.*
Penulis adalah wartawan senior yang tinggal di Bandung, Jawa Barat, dan Dosen Fisip Universitas Pasundan.