Press "Enter" to skip to content

Setelah Sembuh dari Covid-19 Lupa Janjinya

“Pak Aqua, ALLAH SWT telah memberi nyawa kedua kepada saya. Beberapa hari lalu kondisi saya kritis dan nyaris meninggal dunia. Itu karena saya terpapar Covid-19. Sekarang kesehatan saya berangsur pulih. Saya berjanji kalau sudah sembuh total akan berbuat lebih baik lagi kepada sesama termasuk meningkatkan silaturahim dengan banyak orang seperti yang selama puluhan tahun rutin Bapak laksanakan tanpa pamrih,” ujar seorang teman yang petinggi salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kepada saya melalui telefon pada pertengahan 2021 lalu.

Ketika kami bicara, teman itu masih di rumah sakit. Sedang pemulihan. Istrinya juga terpapar Covid-19 meski tidak separah dirinya.

Mereka berdua sama-sama dirawat di rumah sakit yang berbeda. Itu saat puncaknya Covid-19 tahun lalu. Untuk mendapatkan satu tempat tidur saja susah.

Teman itu banyak cerita sedih pengalamannya selama terpapapar Covid-19. Sangat menderita.

Saya menyimak semua yang disampaikannya. Sekali-kali saya menghibur dan menyemangatinya. Supaya tetap semangat dan cepat sembuh.

Begitu menariknya pengalamannya sehingga saya menyarankan kepada teman itu untuk menulis buku berupa pengalamannya selama terpapar Covid-19 hingga sembuh. Pasti menarik. Sekaligus pembelajaran buat orang lain yang masih sehat agar lebih hati-hati.

Niatkan Ibadah
Saya tekankan bahwa saat menulis buku itu niatkan ibadah. Semuanya karena ALLAH SWT, bukan bermaksud yang lain.

Dengan meniatkan seperti itu insya ALLAH menulisnya lancar sekali. Saya meyakini hal tersebut karena sudah sering membuktikannya.

Tidak hanya dalam menulis tetapi juga aktivitas yang lain. Melakukannya semata-mata karena ALLAH SWT, bukan yang lain.

Teman itu sangat tertarik dengan saran saya dan mengatakan setelah sembuh akan mencoba menulis buku yang berisikan pengalamannya selama terpapar Covid-19. Dia minta saya untuk memberikan berbagai masukan buat buku tersebut agar isinya menarik.

Saya menyatakan dengan senang hati siap membantu. Sambil mengingatkan teman itu untuk fokus pada penyembuhan dirinya.

Atas izin ALLAH SWT beberapa minggu setelah itu teman tersebut sembuh. Saya sangat bersyukur atas hal tersebut. Berdoa agar dia selalu sehat dan melaksanakan semua hal yang pernah disampaikannya kepada saya. Itu merupakan janjinya terutama kepada ALLAH SWT.

Prihatin Plus Kasihan
Saya prihatin plus kasihan karena beberapa bulan setelah sembuh dari Covid-19, teman itu berubah drastis. Lupa sama janji yang pernah disampaikannya terutama terkait silaturahim. Hal itu pasti merugikan dirinya sendiri.

Jika sebelum terpapar Covid-19 dan saat sakit mudah saya kontak, baik silaturahim secara langsung, lewat telefon, maupun melalui WhatsApp, setelah sembuh teman itu susah diakses. Hal itu berkali-kali saya lakukan.

Tiba-tiba suatu hari teman itu kontak saya. Plus kirim foto sedang menghadiri pengajian. Saya respon baik-baik. Diakhiri ucapan terima kasih karena sudah menyapa saya dan kirim kabar serta foto.

Meski sampai sekarang perubahan sikapnya yang negatif masih terjadi, saya terus berdoa agar ALLAH SWT menyentuh hatinya agar dia ingat janjinya saat terpapar Covid-19 dan secara konsisten melaksanakannya.

Itu sangat penting baginya. Apalagi beberapa tahun lagi dia bakal pensiun. Jika tidak dapat menjaga silaturahim dengan sesama akan rugi sendiri.

Saya belajar dari teman itu. Saat sakit, banyak orang ingat ALLAH SWT dan berjanji memperbaiki dirinya agar jadi baik dan lebih baik. Begitu sudah sembuh, melupakannya. Seakan tidak pernah mengungkapkannya.

Semoga kita tidak melakukan seperti  teman saya itu. Aamiin ya robbal aalamiin…

🇮🇩Dari Bogor saya ucapkan selamat berusaha menjadi orang yang konsisten. Salam hormat buat keluarga. 17.45 01022022😃🇮🇩<<<

Pakar Komunikasi Dan Motivator Nasional : DR Aqua Dwipayana