Press "Enter" to skip to content

Literasi di Era Digital: Mengupayakan Keterampilan Abad ke-21Oleh : Diki Dwi Putra Pernando

Diki Dwi Putra Pernando

Memasuki abad ke-21, literasi tidak lagi terbatas pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Literasi modern memiliki cakupan yang jauh lebih luas, mencakup berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup dan bekerja di era digital yang serba teknologi ini. Laporan terbaru Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) berjudul “Literacy for a Human-Centred Recovery: Narrowing the Digital Divide” menyoroti pentingnya literasi di era modern.

Studi global yang dilakukan UNESCO pada 2022 menemukan bahwa sekitar 770 juta orang dewasa di seluruh dunia masih buta huruf, dengan dua pertiga di antaranya adalah perempuan. Angka tersebut menunjukkan bahwa sekitar 17% populasi dewasa di dunia tidak dapat membaca atau menulis. Masalah buta huruf tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang, tetapi juga di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris. 

Namun, literasi modern tidak hanya terbatas pada membaca dan menulis. Laporan UNESCO menggarisbawahi perlunya meningkatkan “literasi digital” di kalangan masyarakat. Literasi digital mencakup keterampilan seperti menggunakan komputer, ponsel pintar, dan internet dengan aman dan efektif. Sebagian besar pekerjaan di masa depan akan membutuhkan keterampilan ini, yang membuat literasi digital menjadi sangat penting.

Data dari Pew Research Center pada 2021 dalam laporan “Digital Divide Persists Even as Americans With Lower Incomes Make Gains in Tech Adoption” menunjukkan bahwa sekitar 25% orang dewasa di Amerika Serikat memiliki keterampilan digital yang terbatas atau bahkan tidak memiliki keterampilan digital sama sekali. Masyarakat dengan keterampilan digital yang rendah cenderung memiliki pendapatan yang lebih rendah dan kesempatan kerja yang lebih sedikit.

Selain itu, era digital juga menuntut adanya “literasi media”, yaitu kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mengevaluasi berbagai bentuk media seperti berita, iklan, dan media sosial. Menurut studi Stanford University pada 2019 yang diterbitkan dalam jurnal “Evaluating Information: The Cornerstone of Civic Online Reasoning”, banyak orang, termasuk para pelajar, kesulitan untuk membedakan informasi yang kredibel dan palsu di internet.

Untuk menghadapi tantangan literasi di era digital, berbagai upaya telah dilakukan di banyak negara. Beberapa negara seperti Finlandia, Estonia, dan Singapura telah mengintegrasikan pendidikan literasi digital ke dalam kurikulum sekolah mereka. Program-program literasi masyarakat juga dikembangkan, seperti kursus komputer gratis dan pelatihan membuat konten digital.

Situasi di Indonesia juga menjadi sorotan dalam isu literasi modern. Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2021, tingkat literasi membaca siswa Indonesia berada di peringkat ke-62 dari 70 negara yang disurvei. Sementara itu, survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 menempatkan literasi membaca pelajar Indonesia di peringkat ke-72 dari 77 negara.

Dalam hal literasi digital, Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga. Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2021 menunjukkan bahwa hanya 73,7% penduduk Indonesia yang sudah terhubung dengan internet. Angka ini masih lebih rendah dibandingkan Malaysia (89,6%) dan Singapura (92,1%).

Selain itu, keterampilan digital masyarakat Indonesia juga masih rendah. Survei Katadata Insight Center pada 2020 menemukan bahwa 63% pekerja di Indonesia memiliki keterampilan digital yang rendah. Hal ini menjadi tantangan besar mengingat revolusi industri 4.0 menuntut keterampilan digital yang memadai.

Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah strategis. Salah satunya adalah melalui penerapan Kurikulum Merdeka yang memasukkan literasi digital ke dalam kurikulum pendidikan. Program-program pelatihan literasi digital bagi masyarakat, seperti Guru Belajar, juga terus dikembangkan.

Namun, upaya tersebut masih belum optimal. Diperlukan komitmen dan sinergi yang lebih kuat dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, untuk meningkatkan literasi di Indonesia. Hanya dengan meningkatkan literasi, Indonesia dapat mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan abad ke-21.

Namun, masih banyak yang harus dilakukan. UNESCO menekankan perlunya kemitraan global dalam meningkatkan literasi di seluruh dunia. Setiap orang, baik pemerintah, organisasi, maupun individu, diharapkan dapat berkontribusi dalam mewujudkan masyarakat yang lebih terliterasi secara digital dan media.

Literasi di era digital adalah tantangan sekaligus kebutuhan mendesak bagi setiap masyarakat. Hanya dengan meningkatkan literasi yang dapat membekali keterampilan abad ke-21, kita dapat mempersiapkan generasi saat ini untuk menghadapi tantangan revolusi teknologi yang sedang berlangsung.

Referensi:

APJII (2022). Laporan Survei Internet APJII 2021-2022. https://apjii.or.id/survei

European Literacy Policy Network (2021). Digital Literacy in European Education. http://literacy.eu/portfolio/digital-literacy-in-european-education/

Katadata (2020). 63% Pekerja Indonesia Masih Minim Literasi Digital. https://katadata.co.id/ariayudhistira/analisisdata/5f7d7140e9039/63-pekerja-indonesia-masih-minim-literasi-digital

Kemendikbud (2021). Kemendikbud Paparkan Indeks Aktivitas Literasi Membaca 2021. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/03/kemendikbud-paparkan-indeks-aktivitas-literasi-membaca-2021
[Kemendikbud (2022).

Kurikulum Merdeka, Pembelajaran Literasi yang Utuh dan Terpadu. https://pusbindikmas.kemdikbud.go.id/berita/kurikulum-merdeka-pembelajaran-literasi-yang-utuh-dan-terpadu OECD (2019).

Programme for International Student Assessment (PISA) Result from 2018. https://www.oecd.org/pisa/publications/PISA2018_CN_IDN.pdf

Pew Research Center (2021). Digital Divide Persists Even as Americans With Lower Incomes Make Gains in Tech Adoption. https://www.pewresearch.org/fact-tank/2021/06/22/digital-divide-persists-even-as-americans-with-lower-incomes-make-gains-in-tech-adoption/

Stanford History Education Group (2019). Evaluating Information: The Cornerstone of Civic Online Reasoning. https://stacks.stanford.edu/file/druid:fv751yt5934/SHEG%20Evaluating%20Information%20Online.pdf

UNESCO Institute for Statistics (2022). Fact Sheet No. 59: Literacy Rates Continue to Rise from One Generation to the Next. http://uis.unesco.org/sites/default/files/documents/fs59-literacy-rates-continue-rise-one-generation-next-2022-en.pdf

UNESCO (2023). Literacy for a Human-Centred Recovery: Narrowing the Digital Divide. https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000381521

Penulis : Diki Dwi Putra Pernando
E-Mail : soearapoejangga@gmail.com
Corresponding Author : Prof. Dr. Agustina, M.Hum
Afliasi : Universitas Negeri Padang