Press "Enter" to skip to content

Haornas 2022: Bersama Cetak Juara, Bersama Layani Atlet Meraih Medali Untuk Indonesia

“Kita ini ada untuk melayani atlet, jadi mereka ini orang-orang yang harus kita layani. Kebutuhan-kebutuhan apapun yang disampaikan oleh atlet, perlu kita fasilitasi. Saya berharap tidak ada atlet yang takut menyampaikannya. Mereka ingin dievaluasi menjadi lebih baik, kita harus mendengarkan,” ujar Ketua Umum (Ketum) Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Letjen TNI Purn Marciano Norman saat menyinggung tema Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2022, “Bersama Cetak Juara”.

KONI Pusat pun akan menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada 12 – 13 September 2022 yang mana temanya senada dengan Haornas. “Rakernas KONI 2022 temanya sebetulnya menjabarkan “Bersama Cetak Juara”, temanya adalah “Bersatu Menuju Prestasi Global”. Oleh karena itu, mari kita bersatu untuk meningkatkan prestasi olahraga Indonesia,” sambung Marciano.

Kebersamaan dan sinergitas menjadi penting bagi Ketum KONI Pusat untuk membangun prestasi olahraga yang lebih baik. Menurutnya, persatuan dan kolaborasi penting untuk dilakukan demi mencapai sasaran.

“Bersama Cetak juara, bersama itu maknanya dalam, kita harus bersatu bersama mengantar atlet meraih cita-citanya, menjadi juara, tidak bisa jalan sendiri. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) selaku wakil pemerintah yang mengeluarkan kebijakannya, dan KONI Pusat selaku induk pembinaan organisasi olahraga prestasi yang tugasnya meningkatkan kualitas pembinaan olahraga itu sendiri, kemudian KONI Provinsi, hingga Kabupaten/Kota dan induk cabang olahraga bertanggung jawab untuk bagaimana melakukan pembinaan olahraga prestasi,” jelas Ketum KONI Pusat.

Perhatian Presiden

Kebersamaan membangun prestasi olahraga Indonesia yang lebih baik tidak dapat dilepaskan dari atensi Presiden Joko Widodo pada Haornas sebelumnya. Presiden ingin seluruh pemangku olahraga bekerja optimal demi prestasi atlet yang lebih baik.

“Pada Hari Olahraga Nasional yang lalu, Presiden menegaskan bahwa seluruh pemangku kepentingan olahraga harus me-review total pembinaan olahraga prestasi itu sendiri, kemudian dijabarkan dengan Kemenpora, Menpora Bapak Zainudin Amali mengeluarkan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) kemudian bersamaan dengan itu juga terbit Undang-undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan. Dua hal penting itu menjabarkan keinginan Bapak Presiden bahwa kita harus me-review pembinaan olahraga nasional,” terangnya.

Pada Haornas 9 September 2022, Presiden juga menyebut pentingnya olahraga yang juga terkait dengan karakter bangsa. “Olahraga bukan sekadar gaya hidup dan latihan fisik belaka, melainkan instrumen untuk menanamkan jiwa dan karakter yang tangguh, memelihara semangat untuk menjadi pemenang, serta menjaga optimisme untuk maju,” tulis Presiden Jokowi pada Twitternya.

Target Prestasi Indonesia

Dorongan presiden dijabarkan dalam DBON dengan target peningkatan peringkat Indonesia pada multievent olahraga terbesar sejagat, Olimpiade. “Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) itu sasaran utamanya adalah Olimpiade. Oleh karenanya atlet-atlet nasional kita dari 14 cabang olahraga unggulan itu kita prioritaskan pembinaannya. Kita prioritaskan keikutsertaannya dalam kejuaraan-kejuaraan di luar negeri sehingga kita bisa mengukur,” terang Marciano.

Sebagai negara terbesar keempat di dunia, mestinya peringkat Olimpiade Indonesia juga baik mengingat probabilitas dari populasi yang besar. Sasaran utamanya adalah agar Indonesia masuk peringkat lima besar Olimpiade 2044, jelang peringatan 100 tahun Indonesia Merdeka. Namun sebelum itu, perlu untuk perlahan memperbaiki peringkat tersebut.

Terakhir pada Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia ada di peringkat 55, diharapkan naik ke peringkat 30-an saat Olimpiade Paris 2024. Pada Olimpiade tahun 2032, terus merangkak hingga bisa dekat atau bahkan masuk 10 besar.

Langkah Cetak Juara untuk Capai Target

Ketum KONI Pusat sampaikan beberapa hal yang perlu dijalankan guna menjaring dan menyaring bibit atlet berprestasi. Salah satu yang paling efektif adalah multievent yang berjenjang hingga akhirnya adalah Pekan Olahraga Nasional (PON) sebagai yang terbesar di Tanah Air.

“PON itu diselenggarakan 4 tahun sekali, itu adalah multievent terbesar yang dilakukan di Indonesia. Sebelum PON, masing-masing provinsi menyelenggarakan Pekan Olahraga Provinsi yang dilakukan 2 tahun sekali, sebelum itu ada Pekan Olahraga Kabupaten/Kota, selain kejuaraan-kejuaraan ini, pengurus cabor juga punya kompetisi yang dilakukan sendiri, baik di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional. Dari situ kita bisa melihat berapa banyak atlet-atlet kita yang menjadi juara,” jelas Ketum KONI Pusat.

“Saya selalu berharap juara-juara PON itu adalah atlet-atlet yang menjadi andalan Indonesia, yang mewakili Indonesia dalam kejuaraan-kejuaraan besar di luar negeri,” sambungnya.

Juara PON harus merupakan atlet-atlet terbaik bangsa. Namun atlet terbaik tidak akan lahir tanpa perjalanan panjang bertahap sejak tingkat paling bawah. KONI serta cabor di tingkat Kabupaten/Kota perlu membina atlet dengan baik dan klub setempat.

Terpenting, adalah atensi kepala daerah setempat untuk mengembangkan cabor unggulan. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan, tepatnya pasal 35 mengamanatkan agar kepala daerah Kabupaten/Kota setidaknya mengelola dua cabor unggulan.

“Seorang kepala daerah wajib membina cabang olahraga di daerah. Jangan membina 40 cabang olahraga, fokus ke unggulannya,” sebut Ketum KONI Pusat. “Kabupaten/Kota, mereka fokus membina atlet sesuai keunggulannya sehingga pada saat mereka butuh untuk PON, provinsi memiliki atlet-atlet unggulan dari beragam cabor. Fokus pembinaannya dibagi untuk dikerjakan secara bersama dan saling memperkuat,” sambung Marciano.

Peran Mereka yang Mempersiapkan Atlet

Langkah lain yang tak kalah penting adalah kehadiran pelatih berkualitas. “Tidak mungkin pelatih yang biasa-biasa saja bisa mengantar atlet berprestasi dunia,” tegas Ketum KONI Pusat menilai pentingnya kualitas dan standarisasi pelatih. Atlet juara lahir dari hasil program pelatihan yang baik dari pelatih yang hebat.

“Pelatihnya juga harus mendapatkan kesempatan, baik itu mereka mengikuti pelatihan-pelatihan di dalam maupun di luar negeri, kita juga perlu mendatangkan pelatih-pelatih dari luar negeri yang kualitasnya baik,” tambah Ketum KONI Pusat.

KONI Pusat sering kali mengingatkan agar pelatih di tingkat Kabupaten/Kota harus memiliki kualitas yang baik agar melahirkan atlet terbaik sejak tingkat daerah.

Selain itu, guru sekolah juga memegang peranan penting dalam pencarian bakat atlet. “Membuat satu ekosistem olahraga nasional, kita mulai dari sekolah,” ucap Ketum KONI Pusat.

“di sekolah, olahraga harus diarahkan ke cabang olahraga yang bisa mendorong Indonesia di event besar. Anak sekolah harus diajari atletik, renang dan senam. Indonesia kalau memegang ketiganya, itu medalinya banyak,” sambungnya menyinggung cabor strategis.

Guru olahraga diperlukan agar mampu mencari serta mengarahkan bakat anak-anak didiknya. “Pada saat mereka mulai usia kompetisi, itu akan memudahkan kita,” lanjut Marciano. Guna memanfaatkan kondisi tersebut, KONI dan cabor tingkat Kabupaten/Kota harus mewadahi kompetisi untuk menjaring dan menyaring sebelum merekrut atlet potensial.

Di sisi lain, kondisi pandangan orang tua saat ini jauh lebih baik dalam memahami atlet. “Dulu orang tua itu khawatir kalau anaknya jadi atlet tetapi perkembangan sekarang ini, olahraga sudah menjadi industri sehingga olahraga bisa menopang atlet dan keluarganya karena prestasinya,” terang Marciano.(*)

Sumber : Gerakita