Penulis : Indra Gusnady.
Pilkada serentak sudah selesai, pemenangnya sudah diketahui. Setidaknya, hasil ‘Quick Count’ yang telah dilakukan oleh lembaga survey maupun dari Tim Pemenangan Paslon sendiri yg dihimpun dari form C1 dari TPS-TPS.
Walaupun hasil perhitungan ‘Real Count’ masih berproses, namun dari pengalaman pemilu sebelumnya, hasilnya tidak akan berbeda jauh dan signifikan dengan hasil perhitungan ‘Quick count’.
Meskipun sudah usai, masih meninggalkan riak-riak antara tim paslon. Tim paslon yang menang mengejek yang kalah, sebaliknya tim yang kalah mencari-cari kelemahan paslon yang menang, Bahkan, ada yang mengejek, membully, person yang dianggap terlalu ‘over’ ketika paslonnya kalah.
Ibarat sebuah perlombaan siswa-siwa disekolah. Ketika sedang proses lomba, biasa saja mereka ‘bersorak-sorai’, bahkan bertingkah ‘extreem’, diluar kebiasaan menunjukkan ekspresinya, sah-sah saja. Namun, apabila permainan selesai, mereka kembali beraktifitas seperti biasa. Sudahilah ! Masak kalah dengan ‘anak kecil’ ?! 🙂
Ada hakiki yang harus kita pahami dalam berdemokrasi dalam konstilasi Pilkada serentak kali ini. Demokrasi bukanlah soal kalah dan menang. Demokrasi bukanlah soal siapa yang beruntung dan siapa pula yang belum beruntung.
Demokrasi itu pada hakikinya adalah menyatukan perbedaan. Keberagaman pendapat, pandangan, harapan dan ‘rasa’ yang ada pada rakyat dalam koridor Pasangan Calon yang merupakan manifestasi keterwakilan kelompok masyarakat. inilah yang musti dirawat dan dibingkai ulang kembali menjadi kekuatan pembangunan daerah.
Bagi yang kalah dan pengikutnya yang kecewa, tetaplah berkontribusi demi negeri ini. Banyak cara dan jalan untuk pengabdian. Mulai dari sumbangan pemikiran hingga pemberdayaan ekonomi masyarakat.Berikanlah kritikan dan masukan yang membangun demi percepatan pembangunan di Kota ini.
Begitu juga dengan pemenang. Demokrasi tidak untuk menunjukkan betapa hebat dan disukainya kita oleh publik. Like and dislike hanyalah masalah subjektivitas.
Hari ini bisa suka dan besok bisa saja berubah. Untuk itu rawat dan rangkullah semua pihak. Ingat pepatah kita mengatakan, “Kok gapuak indak ka mambuang lamak”. Bersatulah, rangkullah. Akhiri ‘euforia’ dan tatap masa depan yang lebih jelas. Bukankah petuah usang kita mengatakan “biduak lalu kiambang batauik”.
Kini pro dan kontra tentang siapa dia sudah harus diakhiri dan ditutup rapat. Tantangan negeri ini ke depan sangatlah berat.
Kota Padang Panjang mebutuhkan sentuhan “ajaib” demi mewujudkan percepatan pembangunan. Bangkit dan bersatulah seluruh stakeholder demi masa depan negeri serambi mekah ini kedepan.
#❤️PP