ROMBONGAN dosen Fikom Unpad dalam perjalanan dari Stsiun Bandung menuju Stasiun Tugu Yogyakarta, 18-22 Februari 2022.*
SESUNGGUHNYA Islam sangat mengedepankan atau memuliakan sesama muslim. Seorang muslim senantiasa berupaya memuliakan hak-hak muslim lainnya tanpa menuntut hak darinya. Seorang muslim yang baik, meyakini bahwa Allah SWT akan menolong hamba-Nya selama ia menolong dan memuliakan sesamanya. Dalam konteks ini, bahkan Rasulullah Saw., mencontohkan sikap dan perilaku memuliakan siapa pun di sepanjang kehidupannya. Rasulullah Saw., pun bersabda: “Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya” (HR. Bukhari).
Islam memandang memuliakan tamu sebagai ukuran keimanan seseorang. Sikap memuliakan tamu pun melekat pada Nabi Ibrahim As. “Sudah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: Salamun. Ibrahim menjawab: Salamamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: Silakan Anda makan” (QS, Adh Daariyat: 24-27).
Ayat di atas, menggambarkan salah satu sifat mulia Nabi Ibrahim As., yaitu senang memuliakan tamu, termasuk tamu yang tidak dikenal. Beliau tidak mengetahui tamunya adalah malaikat, namun tetap menyambut dan memuliakan mereka.
Dalam banyak kisah lainnya, Nabi Ibrahim As., senantiasa mengundang dan menjamu tamu dalam kesehariannya. Setiap hari memotong sapi atau pun domba untuk menjamu para tamunya. Bahkan Nabi Ibrahim As., sangat bersedih jika sehari saja tidak ada tamu yang datang berkunjung ke rumahnya.
Amalan ini sepertinya melekat pula dalam keseharian sosok Dr Aqua Dwipayana atau yang kerap saya sapa “Mas Aqua”. Amal silaturahim dan memuliakan tamu. Tampaknya Mas Aqua sangat berupaya untuk meneladani salah satu amalan Rasulullah Saw., dan Nabi Ibrahim As. Tiada hari tanpa silaturahim dan memuliakan tamu.
Penulis buku “super best seller” Trilogi The Power of Silaturahim ini bukan sekedar piawai merangkai kata, gagasan, dan atau konsep silaturahim lalu menuangkannya dalam tulisan. Amalan silaturahim telah mengalir di seluruh pembuluh darahnya dan mewujud dalam sikap laku kesehariannya. Begitulah sosok Mas Aqua meyakini bahwa di dalam silaturahim akan mengalir keberkahan hidup. Berkah usia, rejeki, ilmu, sehat, teman, dan sejuta keberkahan lainnya.
RITUAL pagi sebelum menapaki Yogyakarta. Sarapan pagi di rumah Dr Aqua Dwipayana.*
Ribuan orang disapanya dan ratusan orang dikunjungi atau diundangnya sebagai tamu. Seperti itulah cara Mas Aqua mewujudkan amalan silaturahim dalam kesehariannya. Di belahan bumi manapun Mas Aqua memiliki teman, sahabat, kolega, dan kerabat yang semua menjadi sosok-sosok dekat secara lahir batin. Mas Aqua tak pernah membedakan mereka baik dari sisi etnis, agama, profesi, usia, jabatan, dan berbagai status sosial lainnya. Semuanya dimuliakan.
Saat ada kegiatan di Bandung, biasanya Mas Aqua kerap menyapa kami. Jika ada sedikit waktu luang mengundang dan mengajak untuk bertemu atau minta ijin silaturahim ke rumah. Pola yang sama akan dilakukan saat datang ke berbagai daerah. Kontak teman, sahabat, guru-gurunya bahkan teman-teman Ayah atau Ibunya. Kepada mereka ia berkabar dan berupaya untuk datang bersilaturahim sambil memuliakan.
Bukan Sekadar Dongeng
Memberi hadiah kepada teman dan tamu adalah rutinitas yang biasa dilakukan Mas Aqua. Bagi suami Retno Setiasih serta ayah Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero Karamiveta Dwipayana, hal seperti ini dilakukan tanpa pamrih atau mengejar kepentingan duniawi. Semua dilaksanakan secara ikhlas untuk memperoleh ridha Allah dan membangun hubungan baik dengan teman atau sahabat.
Sebagai seorang motivator nasional, ia selalu niat amal berbagi ilmu. Bahkan dalam moment seperti itu Mas Aqua kerap membagikan buku-buku secara gratis kepada peserta atau bahkan berbagai door-prize seperti paket berlibur ke berbagai kawasan wisata di Indonesia.
Menggulirkan gerakan umrah gratis yang telah memberangkatkan ratusan orang jamaah, mengirim paket lebaran kepada handai taulan muslimnya, adalah wujud nyata cara Mas Aqua berbagi.
TERAS samping rumah Dr Aqua Dwipayana dan teras depan Simply Homy Sleman, Yogyakarta.*
Salah satu ruh dari silaturahim adalah memuliakan teman, tamu dan atau siapapun yang dijumpainya. Terlebih orang-orang yang datang atau diundangnya. Sikap dan perilaku hidup seperti ini melekat pada sosok Mas Aqua. Bukan sekedar dongeng yang kerap dikisahkan banyak orang. Kerap kali, saya pribadi dan beberapa teman sekampus mengalami dan merasakan bagaimana ia memuliakan kami sebagai teman dan terlebih saat sebagai tamu.
Nah, ini pengalaman dari banyak pengalaman kami dimuliakan sebagai tamu. Beberapa pekan yang lalu kami bertujuh: saya, Dr Siti Karlinah, Dr Wawan Setiawan, Dr Susanne Dida, Dr Purwanti Hadisiwi, Dr Jenny Ratna Suminar, dan Dr Tine Silvana R., diundang berkunjung ke Yogyakarta. Tiga hari dua malam (18-20 Februari 2022) kami sebagai tamu sungguh sangat dimuliakannya.
Saat kami menerima dan menyepakati akan hadir atas undangan Mas Aqua, esoknya kami sudah langsung dikirim tiket kereta api PP (pulang pergi) Bandung-Yogyakarta. Kami berangkat dengan K.A Mutiara Selatan dan kembali ke Bandung dengan K.A Lodaya dengan fasilitas kelas eksekutif.
Semua Dibayari
Kami sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta Jumat jelang subuh. Pak Dicky Pontjowanto, sopir yang ditugaskan Mas Aqua untuk mengantar kami selama di Yogyakarta sudah siap menunggu. Begitu ramah dan someah-nya Pak Dicky menyapa kami. Dengan Toyota HiAce yang nyaman, Pak Dicky mengantar kami ke Kompleks Perumahan Sawit Sark di Kawasan Condongcatur, Sleman.
Awalnya, kami disiapkan tinggal di rumah Mas Aqua. Namun karena ada kamar yang sedang direnovasi, akhirnya kami difasilitasi menginap di Simply Homy. Homestay yang nyaman dengan fasilitas lengkap dan hanya 100 meteran dari rumah Mas Aqua.
MENAPAKI Malioboro, berburu di Beringharjo, melepas lelah di Hamzah Batik Mirota Yogyakarta.*
Setiap pagi sebelum menapaki Kawasan Wisata dan Kuliner Yogya, kami mendapat jamuan makan pagi di rumah Mas Aqua. Adalah Mbak Ti panggilan akrab Sumarti serta kedua putrinya Netik Sri Wahyuni, Aryanti Putri Utami yang selalu hangat dan someah menyambut kami. Mereka menyediakan aneka menu makan pagi yang luar biasa. Mbak Ti, sosok ibu paruh baya yang dipercaya Mas Aqua sekeluarga untuk memenuhi kebutuhan pagi kami.
Mbak Ti dan kedua putrinya yang menyiapkan menu makan, buah, cemilan, dan minuman hangat untuk kami setiap pagi. Bukan saja cita rasa menunya yang menarik dan maknyus, tapi sikap dan cara Mbak Ti memuliakan tamu amatlah terpuji.
Dalam obrolan selama tiga hari, Mbak Ti banyak berkisah. Ia telah belajar banyak kepada Keluarga Aqua Dwipayana untuk hal bergaul, bermasyarakat, dan memuliakan tamu, serta berbagai sikap hidup lainnya. Oleh karena itu, Mbak Ti dan kedua putrinya betul-betul menerapkan apa yang menjadi tradisi Mas Aqua sekeluarga dalam memuliakan tamu. Raut wajah yang penuh keramahan, penuh senyum, dan sapaan someah begitu mengalir dari sosok ibu paruh baya ini. Begitu melekatnya ajaran dan kebiasaan keluarga Mas Aqua ini pada Mbak Ti.
Mas Aqua memang tidak hadir menemani kami selama di Yogyakarta. Kebetulan pekan-pekan itu Allah SWT memberinya nikmat dalam wujud ujian positif C-19. Meski positif namun relatif tanpa gejala.
Nikmat itulah yang membuat Mas Aqua dapat fokus berkumpul bersama keluarga di rumah untuk beberapa pekan. Meski Mas Aqua berada di Bogor, namun hal yang luar biasa adalah sosok-sosok istimewa yang mewakili Mas Aqua menyambut dan menemani kami. Jika di rumah ada Mbak Ti dan putrinya, maka dalam keseharian di jalanan menapaki Yogya kami ditemani Pak Dicky.
Sosok yang wawasan ke-Yogya-annya luar biasa. Tiga hari kami menjelajah Kawasan Prambanan, Wonosari, Sleman, Bantul, bahkan sampai Solo. Borobudur, Heha Ocean View, Bendung Tirtonadi, pun Malioboro, dan berbagai kawasan wisata lainnya tak luput dari kunjungan kami.
Tempat-tempat kuliner pun kami singgahi dan nikmati. RM Jejamuran, Warung Bakmi Jowo Mbah Gito, Warung Tengkleng & Sate Mbak Diah (Solo), Kopi Klotok (antri panjang), RM Cengkir, dan lain-lain. Tidak lupa, Pak Dicky pun mengantar kami menjelajah oleh-oleh Yogya dan Solo. Mirota dan atau Hamzah Batik, Pasar Beringharjo, Orion Solo, pun beberapa tempat penjualan bakpia.
Tiga hari dari pagi sampai petang atau bahkan malam, Pak Dicky begitu setia dan someah-nya menemani kami. Istimewanya kami dimuliakan sebagai tamu adalah di mana pun kami singgahi, tempat makan dan wisata, Pak Dicky selalu menyelinap lebih dulu di kasir. Pak Dicky memberikan deposit uang di kasir atau membeli tiket masuk wisata.
Tiga hari di berbagai tempat makan dan wisata seakan uang kami tidak laku. Pak Dicky-lah yang selalu lebih dulu membayarnya. Dengan penuh senyum ramah dan hangat Pak Dicky selalu mengatakan: “Ini amanat dari Bapak (Mas Aqua) mesti saya tunaikan”. Skak mat, kami pun terdiam meski kerap dalam baur rasa bingung, terkejut, dan takjub.
Ya, rasa takjub dan syukur menyatu hadir pada kami di saat-saat seperti itu. Betapa Mas Aqua dan sosok-sosok yang diamanati hadir menyambut serta menemani, begitu memuliakan kami selama di Yogya. Wajah-wajah dan sikap tulus penuh keramahan, kehangatan, dan ke-someah-an selalu menghias Mbak Ti dan kedua putrinya serta Pak Dicky.
Mbak Ti dan Pak Dicky bukan sekedar menyambut dan melayani kami, namun mereka seakan tak pernah lelah atau bosan berbincang segala macam dengan kami. Di saat sarapan pagi adalah Mbak Ti yang begitu someah menawarkan dan menjelaskan menu yang disajikannya.
Mbak Ti pun selalu gampang dan enak diajak bincang apapun. Mampu mencairkan suasana agar kami tidak canggung. Demikian juga Pak Dicky, bukan hanya menemani kami menapaki Yogyakarta, namun mampu memosisikan sebagai kawan berbincang yang nyaman.
Mas Aqua telah menghadirkan sosok-sosok istimewa untuk menemani kami selama di Yogya. Seperti inilah cara Mas Aqua memuliakan tamu. Nyaris tak kurang secuil pun meski Mas Aqua tidak hadir bersama kami. Sikap takzim Mas Aqua kepada teman dan tamu-tamunya sungguh melekat kepada Mbak Ti dan Pak Dicky yang diamanati menemani kami selama di Yogyakarta.
Jika Mbak Ti dan Pak Dicky mampu belajar dari sosok Mas Aqua tentang sikap takzim, yaitu memuliakan orang lain atau tamu, mampu kah diri ini melakukannya? Sejujurnya sebersit rasa iri menyusup dalam hati. Duhai Rabb Yang Maha Pengasih dan Penyayang, hadirkan dalam diri ini sikap takzim seperti Mbak Ti, Pak Dicky, dan Keluarga Dr Aqua Dwipayana.
Kami sadar, sikap takzim seperti ini kerap sebagai slogan yang indah dibaca, didengar, dan dilihat namun berat serta sulit diamalkan. Bismillahirrahmanirrahim, insya Allah saya dan tentu kami niat belajar dan amal.
Terima kasih Mas Aqua sekeluarga, Mbak Ti bersama kedua putrinya, dan Pak Dicky atas pelajaran yang berharga ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kesehatan, kesuksesan, kebahagiaan, dan keberkahan kepada kalian guru-guru kami yang telah mengajarkan dan mencontohkan sikap takzim. (Hadi Suprapto Arifin, Dosen Fikom Universitas Padjadjaran)***
Dilansir dari : Tugu Bandung.Com