Press "Enter" to skip to content

Dirintis Puluhan Tahun Lalu, Mie Ayam Pangsit Pak Kumis Semakin Laris

WARJAN (52) atau yang akrab disapa dengan Pak Kumis/Pak De merupakan penjual Mie Ayam Pangsit yang cukup dikenal di Kota Padang Panjang. Usaha kulinernya diberi nama Mie Ayam Pangsit Pak Kumis.

Pak Kumis mulai menginjakkan kakinya di Kota Padang Panjang sejak 22 tahun silam. Ia berasal dari Jawa dan mencoba mencari peruntungan ke Padang Panjang pada tahun 2000 silam mengikuti jejak adiknya yang telah lebih dulu merantau.

“Awalnya pada tahun 2000-an itu, saya berjualan Mie Ayam Pangsit ini, ikut dengan orang. Berdagang secara berkeliling untuk mencari langganan. Saya berkeliling mendorong gerobak dagangan menyusuri beberapa jalan dan gang yang ada di Padang Panjang,” kisah Pak Kumis saat diwawancarai Kominfo, Ahad (30/1).

Saat mulai berjualan, dagangannya tak terlalu ramai. Namun seiring dengan berjalannya waktu, dagangannya pun mulai diminati warga.

“Saya terus berusaha bekerja keras dan berdoa supaya dagangan ini dikenal masyarakat. Walhasil, tahun demi tahun yang saya lalui, penjualannya pun menunjukan peningkatan,” ujar Pak Kumis sambil merebus mie pesanan pelanggannya.

Senin ke Ahad mulai tak terasa. Bulan demi bulan, tahun demi tahun dilalui. Tepat genap 10 tahun ikut berjualan dengan orang, tahun 2010 Pak Kumis memutuskan untuk membuka dagangan gerobak Mie Ayam Pangsit miliknya sendiri, yang sekarang dikenal dengan nama Mie Ayam Pangsit Pak Kumis.

Setelah dagangannya mulai dikenal masyarakat dan umur yang sudah tidak terbilang muda lagi, Pak Kumis memutuskan untuk mencari tempat mangkal yang tetap. Setelah mencari informasi ke sana-sini, Pak Kumis pun menemukan tempat mangkal strategis yang akan mudah dijumpai para pelanggannya.

Tempat tersebut berada di tepi jalan lintas barat Sumatera atau Jalan Sultan Syahrir, Silaing Bawah.

“Di lokasi yang cukup sederhana, berada di tepi jalan ini, alhamdulillah, Allah kasih rezeki yang lancer. Dagangan saya, alhamdulillah jarang sepi dari pembeli,” ucapnya sembari tersenyum.

Penjualannya juga sempat terhenti akibat pandemi Covid-19 yang merebak pada awal tahun 2020 lalu. “Waktu Covid-19 awal-awal naik, saya sempat tidak berjualan. Namun itu hanya sebentar. Saya kembali berjualan setelah melihat kondisi kala itu mulai membaik,” lanjutnya.

Tak mahal-mahal, Pak Kumis membanderol harga seporsi Mie Ayam Pangsit miliknya berkisaran antara Rp 12-13 ribu saja. Para pelanggan Pak Kumis juga bisa menikmati Mie Ayam Pangsit langsung on the spot atau bisa juga dibungkus bawa pulang.

“Alhamdulillah, sekarang langganan sudah banyak. Mulai dari semua kalangan. Baik dari anak-anak, remaja hingga dewasa, terus mampir berdatangan ke tempat kami,” kata suami dari Sopia (51) yang sesekali juga turut membantunya dalam berjualan itu.

Dari hasil menjual Mie Ayam Pangsit, Pak Kumis bisa menghidupi keluarga kecilnya. Tak lupa ia juga menitipkan sebagian rezekinya untuk dikirim ke orang tua di kampung halaman di Purwokerto.

“Alhamdulillah, rezeki kan udah ada yang ngatur ya. Kita sebagai manusia, cuma bisa berusaha dan bekerja untuk mencarinya. Berapa pun hasil jualan yang saya dapat, saya bersyukur karena masih bisa merasakan nikmat rezeki yang Tuhan berikan. Dari rezeki ini saya bisa menghidupi keluarga kecil dan orang tua saya di kampung,” ujar Pak Kumis.

Mie Ayam Pangsit Pak Kumis yang berada persis di samping gang masuk ke Kantor Lurah Silaing Bawah ini, buka setiap hari mulai pukul 13.00 WIB hingga 17.00 sore. (*)

Oleh : Rifki Mahendra